Kata Flory

  • Tentang
  • Kategori
    • Experiencia
    • Reflexion
    • Commentario
    • Literatura
  • Kontak


so powerful



jadi, di tahun pertama debat, pelatih kami memberikan cukup banyak film yang harus ditonton untuk sumber materi, diantaranya Theory Of Everything, Interstellar, PeeKay (satu-satunya film bollywood yang masuk di daftar), 12 Years A Slave, dan The Great Debaters.sebagai pecinta film tentu saja saya langsung berusaha mencari semua film yang disebutkan oleh pelatih kami, sayangnya film-film tersebut jarang ada yang punya L

tapi akhirnya toh ketonton juga satu persatu, mulai dari Theory Of Everything, Interstellar sampai PeeKay (which were all really damn good. you guys must watch it!) tapi The Greate Debaters jaraaaang banget ada yang punya di sekitaran kampus, kalaupun ada pasti sudah diapus.

hm.

pernah sih sekali ngajakin Dito dan anak anak Cabe lainnya buat nonton The Great Debaters di Movie Box tapi sayangnya mereka ngga pada mau karena filmnya terlalu serius, kata Dito, dan terlalu berat dan terlalu rasial.

okay then, okay.

sayapun melupakan The Great Debaters dan akhirnya menonton film-film lain yang juga menarik perhatian saya selanjutnya seperti The Martian, Now You See Me, 21, Kingsman The Secret Service, Sherlock dan Ada Apa Dengan Cinta 2

lalu semester empat yang luaaaaarrrr biasa pun berakhir dan liburan yang amat angat keterlaluan panjangnya menanti.

ya, gimana ngga panjang kalau hari terakhir UAS angkatan saya jatuh pada tanggal 9 Juni 2016 dan masuk lagi tanggal 16 September 2016. even dengan keribetan menjelang persiapan MATAF (Masa Ta’aruf) pun saya masih tetap akan ‘menikmati’ libur selama lebih dari dua bulaaaaaaan T.T

ugh

saya tidak pernah suka liburan

tapi, terimakasih Tuhan, saya sudah menyiapkan banyak bekal untuk mengisi kekosongan waktu ini
yup, saya masih punya lebih dari 12 buku yang masih bersampul plastik dan menunggu untuk dibaca; mulai dari rangkaian kisah detektif Agatha Cristhie, kumpulan jurnal pengamat konflik Israel-Palestina sampai buku ekonomi politik berjudul Dari Relasi Upeti Ke Mitra Srategis: 200 Tahun Kerjasama Tiongkok-Indonesia.

wow.

looks like i’m hella ready for the fifth semester yaaa lol wkwkwkwk niat banget mau dapet IP 4.8 buat menutupi IP semester ini yang (kemungkinan besar) jatuh bebas terjun langsung ke bawah karena segala tetek bengek kesibukan Hamtaro yang diluar akal sehat.

selain buku-buku, saya juga sudah menyetok banyak series untuk ditonton di rumah mulai dari Game Of Thrones yang sudah saya tahan tahan buat ngga ditonton sebelum liburan dan harus pinter pinter menjauhkan diri dari manusia-manusia laknat di kampus yang demennya ngobrolin siapa aja yang mati di episode minggu ini dan sengaja ngasih spoiler (yang sebenernya salah banget sih saya nonton Game Of Thrones di rumah pas lagi liburan gini karena saya jadi harus terpaksa selalu nonton series ini setelah lewat tengah malam. kenapa? well, i tell you later), Master’s Sun (the best korean drama series kalau kata Mbak Jo), Good Doctor, Pinnochio (ketiga terakhir adalah drama korea tapi you know i don’t really like korean drama kecuali kalau main storynya bukan tentang percintaan. sempet mau ngopy Descendant Of The Sun siiiih (yang katanya film wajib anak HI karena ceritanya ‘Kajian Strategis’ banget tapi sayangnya ngga sempet. yawdala.) terus juga Forever (detective series gitu, dikasih sama Conia pas saya main ke Malang tempo hari) dan juga The Walking Dead sampai season 6.

yaaaah.... walaupun sampai sekarang, minggu kedua liburan saya baru bisa menyelesaikan Game Of Thrones dan masih bimbang mau mulai dengan series yang mana dan agak males juga karena nonton series berarti begadang sampai pagi dan rasanya sayang banget kalau waktu liburan malah tetep aja begadang dan memperparah mata panda-nya Hamtaro L

dan selain ngopy banyak film series, saya juga ngopy banyak film yang menurut saya bagus-bagus kaya Petualangan Sherina, Kuch Kuch Hota Hai, Gie dan banyak lagi (laptop saya ganti, jadi ngga ada file film sama sekali muehehehe)

akhirnya dua hari sebelum pulang saya ke Ilalang (semacam warnet depan kampus yang bertugas menyetok film film update. Saking kecenya nih warnet bahkan di minggu pertama Civil War tayang di bioskop, Ilalang sudah punya filenya, HD pulak. wow. makanya ketika banyak banget film keren yang harus di tonton tapi uang jajan tidak mendukung saya bakal ke Ilalang buat nyari filmnya muehehehe)

okay so singkat cerita saya ngedapetin banyak film keren yang selama ini pengen saya tonton, dan slaah satunya adalah The Great Debaters.
dan pagi ini, sehabis subuh saya memutuskan untuk menonton film tersebut.
dan



...........




well, bahkan baru 15 menit filmnya berjalan, saya sudah benar-benar suka dengan film ini. dan benar-benar jatuh cinta di pertengahan film pada menit ke 55.

wow,

saya jadi agak menyayangkan kenapa ngga nonton ini pas awal-awal maba dulu dimana masih jungkir balik banget bertahan di dunia debat heuheu.

jadi ada empat protagonis di film ini; pelatih debat dan tiga debatersnya; Henry Lowe, Samantha Booke dan James Farmer Jr.

dan mereka bertiga keren banget.

metode-metode latihan mereka bikin saya ngerasa malu banget kalau inget jaman-jaman latihan berjam-jam dulu, dari sore sampai malem tanpa istirahat tanpa minum tanpa makan di depan American Corner dan ngerasa mau muntah aja pulang terus ngga balik lagi itu ternyata ngga ada apa-apanya kalau dibandingin sama metode latihannya mereka bertiga.

saya yang akhir-akhir ini lagi kembali jatuh cinta sama debat jadi makin jatuh cinta setelah nonton film ini

*lalu ada backsong Raisa – Kali Kedua*

*pegang taaaanganku... bersama jatuh cintaaaa... kali keduaaaaa.... pada yang samaaaaaa*

*apasih*

really, filmnya bagus banget :”

film ini sudah benar-benar ngajarin ke saya bahwa senjata terbaik yang dimiliki oleh umat manusia adalah kata.

ya, kata yang bisa menciptakan perang.

kata yang bisa menciptakan perdamaian.

sebilah pedang bisa menebas dada manusia, tapi hanya kata-kata yang akan bisa menyentuh hatinya

*baaa dum tasssss*


yaaaah... kan pepatah bilang kata-kata lebih tajam dari pedang.

gitulah.

saya merinding banget ketika Samantha, pas lagi debat lawan Oklahoma City University, jadi reply speaker dan dia berteriak dengan lantangnya,

“... the time for justice, the time for freedom, the time for equality is always, IS ALWAYS, right now!!!”



dude,

ITU.

KEREN.

BANGET.

sumpah, scene itu keren banget.
dan apalagi pas adegan dimana ketiga debater itu diundang buat ke Harvard dan mereka dikasih motion impromptu dan langsung kelabakan dan langsung ngedown tapi debater yang paling pinter dan dewasa, Henry, ngingetin lagi kata-kata pelatihnya (yang kebetulan ngga ikut ke Harvard) bahwa yang menentukan kemenangan adalah Tuhan, bukan lawan kita, karena lawan kita tidak ada, mereka tidak eksis, karena yang ada hanyalah kebenaran lalu bicaralah kebenaran.

wow.

wow.

wow.

if only i knew this movie year before.

good movie, everyone should watch it :"

kata-kata itu sudah berhasil banget bikin mereka yakin kalau bahkan Harvardpun, i mean Harvard, universitas dengan tim debat terbaik di Amerika Serikat dan bahkan di dunia, bisa dikalahkan karena keadilan bukan milik universitas yang rankngya lebih diatas, tapi kebenaran adalah milik Tuhan.
well, sementara saya dan tim kalau ketemu UI aja sudah jiper duluan, dan bukannya nargetin menang tapi nargetinnya cuma kalah margin close atau kalah split.

motivasi macam apa


.....


yaaaah, intinya film ini keren banget.

 i mean like, banget.

dan guess what? film ini diangkat dari kisah nyata. you know kan kalau saya selalu punya chemistry lebih kepada flm-film yang berasal dari kisah nyata :”

si Henry Lowe nya itu pada akhirnya jadi seorang menteri

memang yhaaaa

yasudahlah, yuk demi menjadi pendebat yang agung dan kweren macam mereka saya harus benar-benar memanfaatkan masa liburan ini untuk mengisi waktu dengan menonton film-film yang berkualitas lainnya.


yha.  
haaai !!

so sebenernya acara ini sudah cukup lewat banget tapi maafkan saya karena baru sempet buat nulisin sekarang.

okay, jadi akhir Mei kemarin saya, Zaki dan Rizal didaulat jurusan untuk mengikuti lomba debat International Humanitarian Law 2016 yang tahun ini diadakan di Universitas Wahid Hasyim Semarang

kali ini kita bertiga di coach sama dosen baru paling bersinar dan paling dazzling yang dimiliki oleh HI UMY tahun ini, yaituuuuu....


jengjengjeeeeeng

mbak Masyithoh !!!

dan guys, mbak Masyithoh ini keren banget, super duper kerennya.

beliau baru saja lulus PHd dari Universitas Birmingham, Inggris Raya dengan beasiswa LPDP dan akan segera berangkat ke Australia National University

wow

wow banget

selain cantik, pinter, anggun, lemah lembut, tidak sombong, berwibawa, islami dan santun, mbak Masyithoh ini juga saaaangat humble dan ramah syekali loh

student goal bangetlah pokoknya mbak Masyithoh ini

saking dazzlingnya beliau, saya sama Zaki bahkan sering banget ngerasa ngga enakan tiap kali latihan karena kita sudah berasa bodoh banget dan ngga tau apa-apa padahal mbak Masyithoh sudah baik banget dan sabar banget sama kita, she doesn’t deserve us, kalau waktu itu saya bilang sama Zaki (dan belakangan mbak Masyithoh admit kalau dia ngga tega mau bentak-bentak dan marah-marah sama kita heuheu padahal biasanya kita di coaching sama mas Omi sudah sampe dibawa ke langit ketujuh terus dihempaskan begitu saja ke bawah tanah lol)

dan believe us or not tapi tim kita tahun ini ngga prepare banget, which mbak Masyithoh juga sebenernya juga sudah bilang ngga apa-apa karena sudah dua tahun ini kampus kita ngga pernah ngirim wakil karena ngga ada yang bisa dan mau ikut.

saya sibuk banget. tau kan segala macam urusan agenda besar yang kebetulan juga jatuh di bulan Mei bikin saya bener-bener ngga ada waktu luang sedikitpun buat research dan baca reading brick
Zaki yang juga sibuk taking a big charge di KOMUN dan, kebetulan, peserta MYDC juga keliatannya ngga punya waktu tidur yang cukup kalau dia harus research dan baca reading brick yang seabrek-abrek itu
Rizal? well, with all of those modelling and pageant things, plus Kanjeng Ratu endless assignment, he doesn’t manage it well anyway :”
akhirnya kita bener-bener kepepet banget
ditambah schedule mbak Masyithoh yang juga aduduh syibuknyaaa di bulan itu karena kebetulan kampus juga lagi punya hajat besar Konvensi Nasional Indonesia Berkemajuan yang ngundang bapak presiden dan segala macamnya jadi yaaaaah.. the time isn’t just right. but speaking about time, it will never be the right time, won’t it? J

mbak Masyithoh memberikan kita seabrek buku untuk dibaca; mulai dari Geneva Convention, Additional Protocol, IHL For Dummy, Mengenali ICRC dan banyak buku lainnya (yang kesemuanya saaaangat berguna!)

saya, Zaki dan Rizal pun membagi bagian mana-mana saja yang harus dibaca.
dan setelah ribet ngurusin birokrasi ke dekanat serta jurusan, akhirnya dapet dana juga (walaupun kurang bangeeeeet) dan akhirnya berhasil dapetin tempat nginep yang cukup sama dana kita.

jadi kita berangkat

jam 5.45 setelah nungguin Rizal yang telat dateng dan bawa koper segede gaban kitapun jemput mbak Masyithoh di rumahnya
oya, kita ke Universitas Wahid Hasyim diantar pakai mobil fakultas dan sarapan semacam soto gitu di perjalanan menuju Semarang.
Semarang loooh... saya belum pernah kesana! yuhuuuu!

akhirnya setelah sempet tidur-tidur ayam di mobil (malam sebelumnya saya rapat evaluasi MYDC sampai jam 1 pagi packing sampai jam 2 lalu tidur bentar bangun jam setengah 5. iya. dunia  keras kak :” ) berhenti di minimarket buat beli kopi dan baca reading brick sambil ngemil Chitato ayam panggang selama perjalanan kita sampai juga di jantung kota Semarang



dan kesasar




.....




well bukan kesasar sih sebenernya tapi lebih ke ngga tau venue debatnya dimana karena sudah nanya ke banyak orang ngga ada yang tau dan pake Waze juga ngga nyampe, akhirya setelah nelponin panitia berkali-kali (disini mbak Masyithoh sudah kzl banget sama panitia dan LO nya) akhirnya kita dijemput panitia dan dibawa ke venue

okay

tim debat kita melewatkan opening ceremony dan materi pertama tentang ICRC.
what a douchebag.


hari pertama berlangsung agak menyebalkan, kita sudah bilang mau nunggu mbak Masyithoh yang lagi ajudicator assesment biar bisa balik ke hotel bareng-bareng tapi malah dipesenin taksi duluan jadilah tim debat balik duluan ke hotel dan ninggalin mbak Masyithoh.

mbak Masyithoh sampai di hotel selepas maghrib dengan mencak-mencak mengeluhkan kinerja panitia,

“yaudah deh daripada energi kita habis buat marah-marah mending kita makan dulu aja yuk, baru belajar”

dan lalu kita jalan sepanjang kota yang seeeepi banget buat cari makan malam dan makan di sebuah tempat makan seafood bawah tenda gitu
imagine, the dazzling beautiful mbak Masyithoh makan di emperan jalan. di bawah tenda. wow
tapi seafoodnya enyak syekali kok jadi ngga masalah heuheu

selesai makan, kami berempat kumpul di kamar saya dan mbak Masyithoh dan mulai latihan.
speaker role yang belum mapan dibolak-balik lagi,

tadinya setelah latihan terakhir sama mas zaka, awalnya Rizal first, Zaki second dan saya third lalu diubah Zaki jadi first, saya second dan Rizal third lalu malam itu selesai latihan mbak Masyithoh nuker posisi kita lagi. Zaki first, Rizal second dan saya third.

Pusying adek kak.

lalu jam 10an kita sudahi latihannya, kembali ke kamar masing-masing dan tidur.

besoknya preliminary round, ronde pertama tim kami ketemu sama salah satu kampus negeri ternama di Semarang (fyi, di IHLDC setiap tim disebut menggunakan nama abjad bukan nama universitas sehingga menghindari penilaian bias juri. waktu itu kita dapet team I. tapi walalupun sudah pake abjad sebagai nama tim pun kita tetep aja bisa tau siapa dari universitas mana)

ketemu universitas negeri ternama di Semarang  kita jadi government dengan motion THBT Peacekeepers Should Not Use Force Except For Self Defense

okay so here the debate goes

sebenernya dari awal menurut saya kedua tim sudah salah pengertian, dan ngga menyamakan pengertian, tentang self defense nya sendiri. dan walalupun kami dari tim government sudah mendefiniskan motionnya dengan baik tapi ngga di challenge sama tim oppo. yasudah toh.
tim kami sudah mengeluarkan buaaaanyak sekali prinsip-prinsip hukum humaniter dan engage ke IHL dan ICRC sebanyak yang kami bisa, tim kami sudah kuat sejak fondasi di first speaker dan ketika giliran saya maju Zaki bilang,

 “wan, kalau kamu ngga bagus jadi third ini, kamu ngga boleh nonton final”

which is rather cute i think Zaki ngomong kaya gitu wkwkwk i mean, bahkan kalau dia ngga ngebolehin saya nonton final karena debat saya jelek, yaaa dia bisa apa? saya bakalan tetep nonton final walaupun sama Zaki tangan saya di iket-iket lol

dan i did it very well as a third. kweren.

dan karena tugas third speaker adalah membangun kembali argumen sambil ngejelek-jelekin dan nyampah-nyampahin tim lawan (yang kayanya keunggulan saya banget buat nyacatin orang wkwkwk astaghfirullah) saya melakukannya dengan cukup baik karena begitu saya selesai speech dan kembali ke tempat duduk, Zaki bilang,

 “okay. kamu boleh nonton final.”

terus ngelanjutin ngomong

“kamu jadi third speaker terus ya wan”


okay :)))))

saya seneng banget di round pertama itu.

bahagiaaa-a-a-a

dan kita keluar chamber dengan senyum-senyum, sambil bilang “we must win” because we must

lalu setelah beberapa menit tim kami dan tim universitas negeri ternama di Semarang itu masuk lagi buat dengeri hasil debat, jadi ada tiga adjudicator yang kesemuanya merupakan dosen HI dari universitas-universitas yang mengirimkan tim debatnya plus beberapa juri dari Jogja Debating Forum (JDF).

adju utama mulai ngasih sedikit assement buat kita, tentang poin-poin debatnya dan ditengah-tengah penjelasan dia, saya berbisik ke Zaki, sedikit agak keras sepertinya karena beberapa orang langsung ngeliatin saya,

 “kayanya kita kalah deh”

dan kita kalah

saya, Zaki dan Rizal marah banget

yaaah.. walalupun kalahnya split, artinya kita kalah tapi dapet poin adju, jadi dari tiga adju ada satu adju yang menangin kita.

tapi toh kita tetep kalah.

saya marah banget.

Zaki saking marahnya ngga bisa ngomong apa-apa lagi dan langsung keluar chamber gitu aja, saya lalu approach ke salah satu mas-mas yang dari tadi duduk di dalam chamber kita, saya pikir awalnya dia salah seorang debater dari JDF.

saya cecar dia habis-habisan bagaimana mungkin tim kami sampai kalah, padahal substansial dan speaker role tim lawan aja dua-duanya ngga ada yang terpenuhi dengan baik.

tapi mas mas nya terus mengelak dengan bilang a i u a i u

“yaaa... karena itu kalian dari awal salah define motionnya, harusnya kalian define self defense tuh gini gini jadi debatenya bakalan gini gini”

“ya tapi mereka sebagai oppo juga ngga challenge motionnya mas!”

“ya karena itu kan saya bilang argumen mereka juga ngga signifikan”

“but they win!”

“yaaa they win ...”

“padahal role speaker mereka aja ancur banget, mereka bawa new argument di third speaker mas!”

“yaaa karena itu kan emang ..

“mas, mas debater kan? okay saya mau tanya ya, emangnya bisa seorang adju narik kesimpulan sendiri? bukanya setiap adjudicator itu kepalanya harus kosong begitu masuk ke chamber?”

“yaa tapi kan kita tetap harus percaya sama assesmentnya para adjudicator bagaimanapun hasilnya”

“okay mas, makasih”

lalu saya pergi gitu aja


sakit geng


sakit banget digituin tuh rasanyaaaa haaaa

lalu di preliminary round kedua saya Zaki dan Rizal sudah bagaikan banteng terluka, kita ketemu tim dari universitas swasta islam terkenal di Jawa Timur dan jadi opposition, saya agak lupa motionnya apa tapi di prelim dua itu kita menang mutlak dengan 3 VP

di prelim tiga kita deg-degan banget karena menang dengan 3 VP di prelim sebelumnya berarti kita bakalan ketemu tim yang menang dengan 3 VP juga. prelim 3 kita jadi government dengan motion THW Ban Explosive Weapon In Populated Centre

dan debatnya agak mengecewakan sih karena tim opponent ngga terlalu banyak ngasih tackle tapi saya Zaki dan Rizal sudah cukup belajar bahwa semua keputusan menang ataupun kalah ada di tangan adju jadi kita ngga banyak berharap.

dan karena prelim 3 adalah prelim terakhir maka jadi silent round dan akan diumumkan keesokan harinya.

sore itu kami pulang, makan tongseng di dekat pasar malam lalu kembali ke hotel sambil bawa cemilan seabrek-abrek dan belajar sampai jam 10


besoknya breaking announcement, saya Zaki dan Rizal sudah banyak banyak berdoa sepanjang jalan supaya tim kami break ke delapan besar dan bisa bikin perjalanan merepotkan ke Semarang ini sedikit berarti.

and breaking announcement begins,

tim pertama yang lolos ke putaran empat besar dengan kemenangan tiga kali berturut turut dan 9 VP 


............



*drum roll*

UNPAAAAR !!!


tim kedua yang lolos ke putaran empat besar dengan kemenangan tiga kali berturut turut dan 8 VP 

............


*drum roll*

UGM


tim ketiga yang lolos ke putaran empat besar dengan dua kali kemenangan dan 7 VP .......


*drum roll*


UMY



iya.

tim kita.

tim yang isinya terdiri dari mantan debater yang sudah setahun lebih ngga debat (itu saya, by the way) orang yang belum pernah ikut kompetisi debat sama sekali dan basically anak MUN yang beda banget dari debat (Zaki) dan model hitz kita yang terakhir debat pas jaman SMA (Rizal)

Zaki ngajak saya high five

dan lalu kita bertiga high five

seneng banget.

ini pertama kalinya saya ikut lomba debat.

dan breaking :”


yaa allah bahagiaaaa-a-a-a-a

kami melihat mbak masyhithoh yang tersenyum dan bilang dengan bangganya,

“see? i know you can”

pokoknya, kita ngga nyangka banget :”

okay. cukup euforianya.

mulai perempat final, tim kami ketemu sama tim dari universitas negeri ternama di Malang dan kita jadi government dengan motion THBT Autunomus Weapon Should Be Banned

oiya pas maju ke depan buat toast coin sama tim dari universitas negeri ternama di Malang itu, saya sempet ngelengos dan ngelirik sinis bin sadis banget ke tim yang kita temuin di prelim pertama. pokoknya saya mendelik dan bilang dengan tatapan mata ke mereka bahwa, see? you won with an unjust assesment and see who is on quarterfinal now

 *yaa allah riya banget*

*ngga apa deh abis kzl bgt sama mereka*

okay yang penting saya cukup seneng karena saya suka motionnya dan sudah melakukan beberapa research tentang autunomus weapon

dan lalu debatnya mulai

dan okay

cukup seru

walaupun kita ngga yakin bakal menang

dan sepertinya tim lawan juga ngga yakin bakal menang

jadi kita imbang

lalu saat pengumuman, ketiga chamber lainnya tim yang menang bisa menang secara mutlak dan di chamber keempat, yaitu chamber kita, adjudicator core yang bacain pengumumannya bilang,

“give big applause for the last chamber because it was the tightiest chamber, they have split result and the semi finalis it ....”

okay

bukan kita

dan saya tetap seneng aja kok soalnya kita kalah split, artinya ada satu adju yang menangin kita
tapi kesenengan saya kayanya salah dan ngga tepat, karena Zaki sama Rizal keliatan kecewa banget
dan saya minta maaf banget kalau selama jadi third speaker jelek L

penampakan hari ketiga tim debat UMY

we should have won and become the 2nd runner up at least

bahkan hingga detik saya menulis post ini, setelah sebulan dari kompetisi tersebut, saya masih saja merasa sangat ngga enak ke rekan tim saya. terlebih Zaki.
akhirnya setelah menonton final sore itu, yang dimenangkan oleh UNPAR, kami langsung ke tempat travel buat pulang ke Jogja.

tapi sebelumnya mbak Masyithoh beli oleh-oleh tahu bakso dan lumpia semarang dulu.
setelah beli oleh-oleh kita lalu makan bakmi goreng semarang dan nunggu travel kita berangkat. setelah makan kita ngobrolon banyak hal sama mbak Masyithoh, and believe me or that topik terbesar yang diomongin adalah tentang cinta.

habis closing ceremony, lagi ngeliatin koper segede gaban-nya Rizal plus tahu bakso oleh-olehnya
mbak Masyithoh. dan Zaki sok tampan banget disitu ewh
ngga paham ini pose apa wkwkwk pose putus asa kayanya sih wkwk

you see? tiga debater yang baru saja breaking quarter di debat hukum humaniter beserta adju mereka yang keren dan luar biasa cerdas melakukan diskusi ringan sehabis makan malam dan mereka sejujurnya bisa mendiskusikan apa saja, mulai dari serangan di Aleppo sampai relevansi IHL tapi mereka memilih mendiskusikan cinta.

ya, cinta, hal paling tidak pasti yang ada di dunia.

ewh.

hahahaha, well ngga gitu juga sih.

tapi saya Zaki dan Rizal mendapatkan cukup banyak pelajaran cinta berharga dari mbak Masyithoh yang, kerennya, sudah menambatkan hatinya sejak tujuh tahun yang lalu pada seorang pria dan meskipun berjarak samudera dan benua toh tetap bisa jalan sampai sekarang :”
malam itu, Zaki baper banget.
saya dan Rizal juga wkwk
dan malam itu, kami berempat pulang ke Jogja dengan banyak pemikiran berkecamuk di kepala.

Zaki, Rizal dan mbak Masyithoh, terimakasih yaaa...
dua tahun saya debat, saya tidak pernah jatuh cinta pada debat
tapi perjalanan singkat kita ke Semarang ini sudah mengubah banyak hal.


Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

It's a picture of somebody trying to figure things out while writing them.

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • Mencintaimu Sampai ke Bulan
  • Al-Qarawiyyin, Universitas Pertama di Dunia: Menyangkal Dominasi Barat dan Pria
  • Menjadi Pria dan Wanita Tidak Memberikan Kita Pilihan Untuk Menjadi Benar
  • Kuliah HI Keren, Kak!
  • Setelah 4 Season dari 13 Reasons Why
  • Pecandu Penjelasan
  • Bersamamu Aku
  • Fisika dan Filosofi: yang Saya Cerna dari Cosmos
  • Tidak Perlu Diromantisasi, Jogja (Memang) Sudah Romantis
  • Lagi, Tanpa Bosan, Menyoal Perempuan

Categories

  • Commentario 13
  • Experiencia 17
  • Literatura 5
  • Reflexión 18

Follow by Email

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Tidak Perlu Diromantisasi, Jogja (Memang) Sudah Romantis

Arsip Blog

  • Desember 2020 (2)
  • Agustus 2020 (1)
  • Juli 2020 (5)
  • Juni 2020 (6)
  • Mei 2020 (5)
  • Mei 2018 (2)
  • Juli 2016 (2)
  • Mei 2016 (1)
  • April 2016 (1)
  • Februari 2016 (5)
  • Agustus 2015 (10)
  • Maret 2015 (5)
  • Juni 2014 (5)

Postingan Populer

  • Kuliah HI Keren, Kak!
    "Kamu mau kuliah jurusan apa nanti?" "HI, Hubungan Internasional." "Karena keren ya? Ada internasionalnya." Sa...
  • Mencintaimu Sampai ke Bulan
    Saya suka sekali dengan frasa "I love you to the moon and back" dan menggunakannya secara berlebihan kepada sahabat-sahabat saya d...
  • Al-Qarawiyyin, Universitas Pertama di Dunia: Menyangkal Dominasi Barat dan Pria
    Universitas, sebagai jenjang pendidikan tertinggi, bukanlah sekedar institusi. Universitas selama ratusan tahun telah menjadi ibu dari semua...

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates